Inspirasi Sukses Bermusyawarah Dan Bermufakat
Gebyar dan semarak muktamar Muhammadiyah masih terngiang di benak seluruh warga persyarikatan di seantero tanah air. Membawa aura dan spirit berkemajuan dan ber fastabiqul khoirot sampai ke seluruh wilayah dan daerah. Kesuksesan muktamar ke 48 di Solo yang mengangkat tema “Memajukan Indonesia Mencerahkan Semesta” benar-benar menginspirasi siapapun yang mendengar, melihat, dan menyaksikan langsung perhelatan akbar tersebut.
Kesuksesan muktamar menjadi tantangan dan cermin tersendiri bagi Pimpinan Wilayah dan Daerah Muhammadiyah untuk mengadakan Musywil berasa Muktamar atau Musyda berasa Musywil. Semua berlomba dan berinovasi mulai dari membuat logo yang berbasis kearifan lokal, twibbon (bingkai foto) untuk media promosi kegiatan persayarikatan, konsolidasi teknis penjaringan bakal calon ketua, pendataan undangan dan penggembira, termasuk kegiatan bazar, pameran, pawai atau karnaval, gowes, jalan sehat dan seminar pendidikan di tingkat AUM.
Sukses Musywil PWM Jatim
Musyawarah Wilayah (Musywil) PWM Jawa Timur ke 16 di Ponorogo sudah terlaksana dengan sangat luar biasa. Dengan terpilihnya 13 formatur yang di komandani Dr. dr. Sukadiono MM., sebagai ketua PWM Jatim periode 2022-2027. Dan tidak bisa dipungkiri sedikit banyak merupakan refleksi kesuksesan Muktamar ke 48 di Solo.
Kesuksesan ini menjadi barometer bagi Pimpinan Daerah Muhammadiyah di seluruh Jawa Timur wa bil khusus PDM Sidoarjo untuk menggelar event Musyda ke 11 yang dijadwalkan tanggal 5 Maret 2023. Semangat sukses itu mulai dijawab dengan rilis tema Musyda yaitu “Membumikan Islam Berkemajuan, memajukan Sidoarjo” yang disampaikan langsung Ketua PDM Sidoarjo drh. Zainul Muslimin dan launching logo Musyda beberapa hari yang lalu (Selasa, 24 Januari 2023).
Secara geografis, PDM Sidoarjo cukup dekat dengan PWM Jatim. Secara demografis, SDM PDM Sidoarjo cukup memiliki talents yang mumpuni dibidangnya masing-masing. Banyak praktisi, akademisi, pengusaha, dan pemuda yang berkaliber nasional. Bukan lagi kelas bulu, tapi sudah kelas penjelajah atau kelas berat. Potensi, integrasi dan kolaborasi managerial, structural, dan practical sangat diharapkan untuk membawa PDM dan warga persyarikatan untuk makin di depan.
Sehingga Musyda PDM Sidoarjo yang kurang dari sebulan kedepan harus mampu menandingi kesuksesan Musywil PWM. Ikhtiar dan sinergi yang dihasilkan nanti harus mampu memajukan kualitas pendidikan, kesehatan, ekonomi dan keummatan khususnya di wilayah Sidoarjo. Tidak hanya semarak dan gebyarnya saja yang diraih, namun juga keberkahan dan keridhoan Allah SWT.
Nilai Teologis dalam Berorganisasi
Kiai Saad Ibrahim memberikan nasehat yang cukup kental akan nilai ketauhidan dalam menyelenggarakan setiap kegiatan. Dalam sambutan beliau di akhir masa jabatan sebagai ketua PWM Jawa Timur berpesan, “Musywil ke 16 ini adalah salah satu bagian dari pertolongan Allah SWT.” Ini berarti bahwa beliau dalam kapasitasnya sebagai ketua sekaligus Kiai memohon kepada Sang Pencipta agar diberikan kelancaran dan kesuksesan dalam even yang melibatkan banyak pihak.
Beliau yang terpilih sebagai salah satu formatur di PP juga menyampaikan bahwa, “Muktamar benar-benar memberikan inspirasi bagi Pimpinan Wilayah Jawa Timur untuk mampu menyelenggarakan Musywil yang bermuru’ah dan bermarwah tinggi, bermartabat, sukses, dan mendapatkan berkah Allah SWT.”
“Nilai yang tertinggi dalam bersyarikat atau berorganisasi di Muhammadiyah dalam konteks teologis adalah untuk ibadah menegakkan kalimat Allah dan agamaNya. Dalam konteks sosial berarti berkhidmat untuk persyarikatan, masyarakat, bangsa dan negara,” imbuh beliau.
Harapan dan Tantangan Musyda Ke 11
Pertama, secara umum, harapan warga persyarikatan pada Musyda ke 11 PDM Sidoarjo kali ini sukses dan berjalan lancar. Semua rentetan kegiatan teknis dan non-teknis yang direncanakan berjalan dengan semarak, kompak, dan gembira. Perhelatan lima tahunan ini harus bisa dirasakan gaung, semarak, dan suksesnya oleh setiap warga persyarikatan bahkan warga non-persyarikatan di wilayah Kota Delta.
Kedua, pencapaian tertinggi dari setiap perhelatan musyawarah adalah menghasilkan pemimpin yang amanah. Yang bisa memajukan warga persyarikatan dalam aspek keilmuan (wawasan) bermu’amalah baik kepada Allah dan sesama manusia. Yang mampu membawa nilai-nilai berkemajuan (akhlakul karimah) dalam praktik berkehidupan dunia yang berorientasi akhirat. Pimpinan yang mau menghidup-hidupi Muhammadiyah, sebagaimana wasiat Kiai Dahlan. Bukan yang justru mencari kehidupan dalam Muhammadiyah. Atau bahkan menggunting dalam lipatan. Mendegradasi nilai-nilai Muhammadiyah dari dalam.
Ketiga, dalam konteks berorganisasi, formatur pimpinan dan gerbong dibawahnya seperti ketua majelis, ortom dan anggotanya mampu menjalankan AD/ART organisasi dengan nyaman, menggembirakan, sejuk mencerahkan. Membawa visi dan misi persyarikatan sampai tujuan yang diharapkan. Sebagaimana pesan Prof Malik Fajar dalam seminar Pra Muktamar di UMM, “bahwa Muktamar itu adalah momentum untuk menggelar pikiran-pikiran besar, menggelar pandangan-pandangan yang jauh kedepan dan luas (berkemajuan).”
Sebab kesuksesan Musyda ke 11 akan menjadi barometer yang dipakai tiap Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) untuk menghelat acara Musycab setelahnya. Setiap anggota persyarikatan akan mencari good practices (praktik baik) forum permusyawaratan diatasnya dan akan mengadopsi poin-poin keberhasilannya. Kiprah dan langkah tiap anggotanya sat set (cepat dan cekatan) yang secara kualitas dan kuantitas mampu melebihi level dan kelas di atasnya. Memiliki daya manfaat dan jangkau yang lebih jauh dan luas. Sehingga spirit dan predikat Musyda berasa Musywil bukan isapan jempol sebagaimana predikat PWM berasa PP.
Terakhir dan yang paling diharapkan adalah keputusan strategis dan kebijakan apapun yang diambil pimpinan dan jajarannya bisa dirasakan manfaat dan maslahatnya bagi warga persyarikatan dibawahnya. Mampu menjawab tantangan dan dinamika kehidupan ummat dan jama’ah persyarikatan. Mampu meningkatkan pengetahuan berIslam dan berMuhammadiyah. Mampu meningkatkan praktik baik bermuamalah dan beradaptasi dengan alam semesta. Nashrun minallahi wa fathun qorib.
Penulis: Sulton Dedi Wijaya PRM Sidomojo -Krian