Analogi Cerminan Hati

Rangkuman Tausiyah SAS Ahad, 27/02/2022 oleh Sulthon Dedi Wijaya. Ranting Sidomojo Cabang Krian-Sidoarjo.

 

FASCO.ID-Mengawali tausiyah Ahad pagi, sebelum menyampaikan salah satu hikmah Isro Mi’raj yaitu yang berkaitan dengan perintah Shalat di Masjid Ulul Albab Pondok Jegu Trosobo, Ustadz Dr. Heri Rifhan Halili, M.Pdi., menyinggung pemberitaan yang viral tentang analogi suara toa masjid dengan gonggongan anjing.

 

“InsyaAllah Masjid-masjid Muhammadiyah aman dan tidak mempermasalahkan edaran Kemenag terkait regulasi penggunaan toa masjid. Yang menjadi masalah justru pernyataan yang disampaikan gus menteri ketika mengibaratkan suara bising toa yang bersamaan dengan gonggongan anjing.

 

Permisalan suara adzan dengan gonggongan anjing sungguh tidak tepat. Satu permisalan yang buruk. Mengapa? Beliau menjelaskan karena 2 hal. Pertama, yang diambil sample adalah suara anjing. Sebagai manusia yang beradab tentu harus bijak dalam memberikan komentar. Untuk hal-hal yang baik (positif) bahkan yang tidak baik (negatif). Pada sesuatu yang bersifat syar’i (yang diperintahkan) bahkan juga pada hal-hal yang dilarang seperti perbuatan syirik.

 

Bersikap hati2 dalam mengomentari agar tak menyakiti orang atau kelompok lain. Mengingatkan dengan cara-cara yg bijak. Mensikapi hal-hal yang berbau bid’ahpun misalnya juga tidak boleh sedikit-sedikit neraka dsb.

 

Suara adzan adalah panggilan yang sangat mulia. Memanggil orang untuk menjalankan syari’at rukun Islam. Menegakkan perintah wajib yaitu shalat. Suara adzan bukan panggilan kemaksiatan atau kesyirikan. Suara adzan adalah suara syiar berjama’ah.

 

Kedua, dalam Islam, kata anjing mengandung konotasi negatif terutama jika dibandingkan dengan suara adzan. Meskipun kata anjing juga memiliki makna positif sebagai salah satu makhluk ciptaan Allah SWT. Bisa dimanfaatkan untuk menjaga kebun atau rumah. Bisa juga sebagai hewan pelacak untuk tujuan tertentu.

Baca Juga :  PDM Sidoarjo Imbau Warga Muhammadiyah Jama'ah Salat Tarawih di Rumah, Masyhud ; Ini Kesempatan Para Bapak Jadi Imam Keluarga
Baca Juga :  Pemuda Muhammadiyah Terjunkan Tim. Cek Kebenaran Bungker Senjata di Masjid

 

Dalam surat Al A’raf ayat 176 Allah menyebutkan kata anjing sebagai permisalan untuk orang yang tidak mau mengikuti perintahNya dan memilih dunia fana. “Dan sekiranya Kami menghendaki niscaya Kami tinggikan derajatnya dengan (ayat-ayat) itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan mengikuti keinginannya (yang rendah). Maka perumpamaannya seperti anjing. Jika kamu menghalaunya ia julurkan lidahnya, dan jika kamu membiarkannya dia juga akan tetap menjulurkan lidahnya.”

 

Sungguh perumpamaan dan analogi yang kurang bijak yang dilontarkan seorang pejabat. Tapi apalah daya. Lidah tak bertulang. Yang sudah terucap tidak akan bisa kembali. Permintaan maaf adalah hal yang lebih baik untuk dilakukan. Mencabut pernyataan yang sudah terlanjur viral, gaduh, dan menyakitkan banyak pihak. Meskipun klarifikasi dan bantahan dilakukan, namun tetap tidak akan meredam kekecewaan hati yang sudah terkoyak, khususnya kita sendiri sebagai ummat Islam.

 

Menurut hemat penulis, dilihat dari perspektif spiritual dan tasawuf, lidah adalah cerminan hati dan pikiran. Allah lah yang menggerakkan lisan sesorang untuk berucap atau tidak; menyejukkan dan menentramkan atau sebaliknya. Pepatah Arab mengatakan, Salamatul insani fi hifdzil lisani “Keselamatan seseorang itu bergantung pada penjagaan lisannya.”

Bolak-baliknya hati seseorang akan berdampak pula pada gerak-gerik lisannya.

 

Orang akan tanpa sadar bisa menjadi hina sebab perkataannya sendiri. Mulutmu harimaumu. Manusia bisa menjadi mulia menurut fitrohnya. Namun bisa seketika menjadi hina sebab nafsu & perbuatannya juga (At Tin 4-5). Mengutip hadits riwayat Ahmad, Rasulullah berpesan: La yastaqimu imanu ‘abdin hatta yastaqima qolbuhu, wa la yastaqimu qolbuhu hatta yastaqima lisanuhu. “Tidak akan lurus iman seseorang sampai ia luruskan hatinya, tidak akan lurus hatinya sampai ia luruskan lisannya.”

Baca Juga :  PD Muhammadiyah Sidoarjo Serahkan 'Rumah Kader' di Resepsi Milad PC IMM
Baca Juga :  Musyda 11 PDM Sidoarjo Cerminan Kualitas Keulamaan Seorang Pemimpin

 

Artinya bahwa iman, ilmu dan amal harus saling bersinergi, seia sekata, tanpa ada dusta. Amal perbuatan (lisan misalnya) yang didasari ilmu dan iman akan menyelamatkan yang empunya dari hal- hal yang menghinakannya. Ibn Qoyyim juga menyebutkan bahwa sikap lurus (istiqomah) itu berkaitan dengan segala ucapan, perbuatan, keadaan dan niat (hati). Wal istiqomatu tata’allaqu bil aqwal wal af’al wal ahwal wal lisan.

 

Menurut Ibn Rajab dalam kitabnya Jami’ul Ulum wal Hikam, hal yang perlu dijaga dari keistiqomahan seseorang setelah hati dari anggota tubuh yaitu lisan, sesungguhnya lisan itu terjemahan hati dan penyingkap tabir darinya. Wa ‘adzomu ma yuro’i istiqomatuhu ba’dal qolbi minal jawarihi al lisan, fainnahu turjamanul qolbi wal mu’abbiru ‘anhu.

 

Semoga kita semua bisa mengambil hikmah dan pelajaran dari kegaduhan seperti saat ini. Jaga lisan, hati, iman, ilmu dan amal masing-masing untuk mendapatkan kemuliaan dan terhindar dari kehinaan dunia dan akhirat. Aamiin🤲🏻

_Wallahu a’lam_

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

22FansLike
113FollowersFollow
SubscribersSubscribe
- Advertisement -

Latest Articles