Membangun keikhlasan kolektif, laporan Ustad Shulton Dedi Wijaya, Ranting Muhammadiyah Sidomojo, Cabang Krian-Sidoarjo.
FASCO.ID-Keikhlasan individu dalam setiap amal adalah hal yg mutlak. Menjadi bernilai ibadah, berdampak positif (maslahat manfaat), dan berkah (kontinyu & berkelanjutan). Dalam lingkup memakmurkan masjid, keikhlasan harus diciptakan secara kolektif kolegial dalam setiap aktifitas & gerakan yang bersifat Ilahiyah & insaniyah, vertikal & horizontal.
Tentu hal ini akan terwujud bilamana seluruh elemen ‘pohon’ yang ada mulai pucuk daun, ranting, batang, sampai akar berjalan bersama menjalankan tupoksi masing-masing dengan nilai2 kesepahaman untuk maju & sukses bersama.
Dampak keikhlasan dalam diri itu sebenarnya sangat visible alias dapat dilihat oleh orang lain secara inderawi dan kita rasakan sendiri. Munculnya kesadaran diri, kenyaman hati, ringannya tangan & kaki untuk bergerak bersama.
Keikhlasan merupakan refleksi makna iman dalam ilmu tauhid. Yaitu ketika yang dibersitkan hati, dinyatakan lisan, dan kemudian dilakukan anggota tubuh bersinergi menjadi satu.
Ketika nilai itu disadari dan dilakukan bersama maka yang tercipta adalah sistem. Sistem yang akan bergerak mandiri, menggerakkan siapapun yang masuk didalamnya.
Keikhlasan juga identik dengan kepatuhan. Manut dalam bahasa kita. Dari kacamata semesta, matahari akan terbit dan tenggelam sesuai waktunya, sehingga pergantian malam ke siang tidak pernah terlambat. Semua tunduk pada PerintahNya. Matahari, bulan, bintang tidak pernah saling iri. Berperan, mengorbit, dan bersinar pada tupoksi masing2 menciptakan sebuah harmoni.
Keikhlasan adalah gerakan yang menggerakkan. Gerakan hati, lisan, dan seluruh organ tubuh dalam amal nyata. Bagaimana kita disebut orang yang ikhlas jika tidak bergerak. Dia akan muncul seirama dengan amal perbuatan. Tidak bergerak berarti tidak patuh alias melawan sistem (aturan).
Harmoni semesta itulah yang dirasakan seluruh penghuninya. Tidak ada kerisauan, kegundahan & ketakutan seandainya matahari berhenti bergerak. Karena penghuni semesta sudah menjadi bagian dari sistem semesta alam. Bahkan kita tidak pernah ikut berperan menciptakan sistem tersebut. Yang kita lihat & rasakan hanyalah buah dari keikhlasan seluruh bagian semesta dengan aturan Sang Pencipta (sunnatullah).
Kami sering berpesan ke jamaah masjid dalam beberapa kesempatan. In tanshurullaha yanshurkum wa yutsabbits aqdamakum. Jika kamu menolong (agama) Allah maka Allah akan menolong kamu dan menguatkan agamamu.
Kita ini muslim. Bagaimana kita memberikan sumbangsih untuk Islam? Berkontribusi untuk agama ini? Dalam konteks bermasjid, tentu dengan mendukung segala aktifitas masjid ini yang notabene adalah rumah Allah. Dengan aktifitas ibadah mahdzoh & ghoiru mahdzoh. Ramaikan masjid dengan jama’ah sholat lima waktu. Mengikuti kajian Al Quran & Hadits ba’da Maghrib sampai Isya dari Senin sampai Jumat memanfaatkan koleksi sekitar 80 mushaf yang berbeda & 25 kitab hadits dari wakaf para donatur. Sedikit tahadduts binni’mah, alhamdulillah sebagai penyemangat keikhlasan kegiatan, makanan ringan dan minuman panas dan dingin selalu tersedia secara sukarela dari ibu-ibu dan dinikmati bersama layaknya makan menu takjil dibulan puasa bahkan lebih seru.
Remaja masjid Jami’ Sabilil Haq pun ikut bergerak meramaikan toa dengan adzan dan iqomah bergantian. Badminton & futsal di lapangan masjid. Mengecat tembok luar masjid dan menghiasi dengan mural Back to Masjid yang bermakna mari kembali ke Masjid. Membersihkan masjid, mengelola jumah berkah (100 lebih nasi bungkus), membantu menyalurkan santunan anak yatim piatu, dan sembako untuk para janda/duda.
Dalam bidang imaroh kami telah menyelesaikan renovasi kamar mandi pria dan sedang proses renovasi kamar mandi & tempat wudhu ibu-ibu. Kami juga telah memiliki aset dispenser dan kulkas. Pembatas shaf yang elegan senilai kurleb 10 juta. Kami juga telah memiliki aset tambahan berupa tanah hibah salah satu jama’ah seluas 119 m² dengan modal nol rupiah.
Dalam kurun waktu 6 bulan, untuk ukuran masjid ranting (Tundungan- Sidomojo) yang kecil dengan jumlah jamaah yg tidak terlalu banyak, kami merasakan kesyukuran yang luar biasa. Dialah yang menggerakkan semua elemen untuk berkontribusi termasuk para donatur eksternal.
Dengan begitu semua akan merasa memiliki masjid Semua diberi peran, mulai ibu-ibu, bapak-bapak, dan remaja masjid sesuai dengan kapasitasnya. Improvisasi tidak kami batasi dengan tetap saling berkoordinasi. Semua berhak berkontribusi sekecil & dengan apapun dengan semangat fastabiqul khoirot dan i’laa ‘an likalimatillah.
Kami juga sering memberikan self motivation, bantu agama ini dengan amal dan keteladanan yang berorientasi ukhrowi & duniawi. Masjid ini perlu dibantu, dibela & diperjuangkan dengan pikiran, tenaga, harta, & doa. Doa agar semua urusan masjid & siapapun yg ikut memakmurkan dimudahkan. Dan yang terpenting adalah lengkapi semua itu dengan keikhlasan sehingga berkah, nikmat & pertolongan Allah akan selalu terlimpah & bertambah.
Dan dalam satu kesempatan kami melakukan sujud syukur bersama di masjid kemudian menikmati nasi tumpeng ala kadarnya sebagai ucapan syukur dan menjaga kebersamaan. Terkadang kami bergumam, “Apakah semua ini berkah keikhlasan dan semangat kebersamaan kolektif kami dalam memakmurkan rumahNya? Allahu a’lam
Nashrun minaAllah wa fathun qoriib