Fasco.id – Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah seharusnya masih concern pada pembentukan kader-kadernya sebagai akademisi islam yang berakhlakh mulia dan menjadi pembela masyarakat ketika ditindas penguasa.
sebagai organisasi kader, IMM harus pada rel arah geraknya pada 3 bidang yaitu keagamaan, kemahasiswaan, dan kemasyarakatan yang menjadikan kader IMM ber integritas dan loyalitas, serta totalitas untuk menuju tujuan dari muhammadiyah.
Tri kompetensi dasar yang selama ini di gaungkan bagi setiap kader, setidaknya harus bisa d kuasai oleh tiap kader imm dengan dibimbing oleh pimpinannya d setiap jenjang kepemimpinan mulai dari komesariat sampai pusat, karena harus ingat dengan pesan Alloh dalam Alquran surat Annisa ayat 9 :
وَلۡيَخۡشَ الَّذِيۡنَ لَوۡ تَرَكُوۡا مِنۡ خَلۡفِهِمۡ ذُرِّيَّةً ضِعٰفًا خَافُوۡا عَلَيۡهِمۡ ۖفَلۡيَتَّقُوا اللّٰهَ وَلۡيَقُوۡلُوا قَوۡلًا سَدِيۡدًا
Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar. (QS.Annisa 4:9)
Nilai religiusitas, Alquran dan sunnah yang menjadi pedoman bagi umat islam harus senantiasa dikaji lebih dalam, tentunya tidak mudah untuk mengkaji dan memahami alquran dan as-sunnah, sehingga kader imm harus banyak terlibat aktif untuk mengkaji Alquran dan sunnah d majlis-majlis ilmu yang ada di ranting muhammadiyah dan dimana saja.
Nilai intelektualitas, kader IMM yang merupakan intelektual mudanya muhammadiyah, harus menggunakan pemikiran-pemikiran yang jernih dan cerdas dalam mengatasi permasalahan di masyarakat lebih-lebih masalah bangsa dengan diskusi dan membaca untuk menambah wawasan serta mempertajam keilmuannya.
Nilai humanitas, kader IMM tidak hanya terlalu fokus kepada dunia perkuliaan saja, tapi sebagai mahasiswa dituntut untuk berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan masyarakat. humanitas sebagai wujud dari kepribadian yang sosialis, dan hidup dengan perangai yang pantas di tengah-tengah masyarakat. Maka, tegas dikatakan Kuntowijoyo bahwa, tugas intelektual di masyarakat itu “untuk meminjamkan pisau analisisnya.” Artinya, sebagai kader sudah harus secara otomatis, mau berperan secara aktif, dengan modal keilmuan yang diperoleh adalah alat atau sebagai pisau bedah dalam memberikan pemecahan masalah di tengah masyarakat yang ada.
intinya kepribadian humanis adalah mereka yang bisa bercengkrama dengan masyarakat, dan senantiasa terlibat dalam agenda-agenda sosial kemanusiaan dengan cara yang mencerahkan dan menggembirakan.
Kesadaran kader imm sebagai intelektual muda muhammadiyah harus selalu di asah, karena banyak yang mengikuti organisasi hanya sebagai penggembira. program kerja yang seharusnya menjadi ladang dakwah dalam bergerak, hanya menjadi suatu pelengkap LPJ di akhir priode kepemimpian, program kerja hanya sebagai pencarian eksistensi dengan menghiraukan esensi. padahal eksistensi akan otomatis akan didapat ketika kita berilmu amaliyah beramal ilmiah serta mengabdikan dirinya untuk masyarakat yang membedakan dirinya sebagai kader IMM dengan mahasiswa lainnya. kalau mahasiswa hanya bisa menyanyi saja, anak TK pun juga bisa menyanyi, kalau mahasiswa hanya memperbanyak massa atau kuantitas saja, apa bedanya dengan suporter sepak bola?
kuantitas dan kualitas memang tidak bisa dipisahkan dari IMM itu sendiri ghirah ber IMM harus di jaga sehingga melahirkan intelektual muda muhammadiyah yang mempunyai pemikiran yang objektif terhadap ikatan, terlebih untuk agama nusa dan bangsa untuk meneruskan tambuk pimpinan umat nanti seperti yang selalu di gaungkan di mars IMM.
Selamat Milad ke 57 ikatanku, perjalanan setengah abad lebih, tentunya tidak mudah bagi IMM dalam berkontribusi turut serta dalam membangun bangsa. harapan serta do’a yang selalu kami haturkan sebagai rasa cinta kepada ikatan, semoga Alloh selalu meridhoi segala langkah kita semuanya.
jayalah IMM!!! Abadi perjuangan!!
(Fachruddin)